HUBUNGAN
AKTIVITAS SEHARI-HARI DAN SUCCESSFUL
AGING PADA LANSIA
Yenny
Marlina Nathalia Napitupulu
Mahasiswa: Psikologi/ FISIP
Universitas Brawijaya
Malang, Jawa Timur
ABSTRACT
This
research was conducted to find out the relationship between daily activity and
successful aging in the elderly. The X variable in this study is daily activity
and the Y variable is successful aging. Research hypothesis there is a linear
relationship between the daily activity of the elderly to age continued
successful aging. The subject is used as many as 100 people overall are
elderly, with an average age of 60-70 years old. Sampling techniques used was
purposive sampling or sampling aims. The collecting questionnaire data in the
form of tools that use is Likert scale. The research results showed that test
the assumptions are met. They are variable daily activity and variable of
successful aging have normal data and have a linear relationship. Data analysis
using statistical techniques Product Moment Correlation-Pearson with the help
of statistical program SPSS 17.0 for Windows. Data analysis results obtained te
value of the correlation between variable daily activity and variable of
successful aging is 0,378 and ρ is 0,000. This indicates that there is a
significant linear correlation between variable daily activity and variable of
successful aging in the elderly.
Keywords: Daily
Activity, Successful Aging, Elderly
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara aktivitas sehari-hari dan successful aging pada lansia. Variabel X penelitian adalah
aktivitas sehari-hari dan variabel Y penelitian adalah successful aging. Hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan
linear antara aktivitas sehari-hari lansia terhadap successful aging usia lanjutnya. Subjek yang digunakan sebanyak 100
orang yang keseluruhan merupakan lanjut usia (lansia) dengan rata-rata usia
60-70 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau sampel
bertujuan. Alat pengumpul data berupa kuisioner yang menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa uji asumsi terpenuhi, yaitu variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful aging memiliki data yang
berdistribusi normal dan memiliki hubungan linier. Analisis data menggunakan
teknik statistik Korelasi Product Moment-Pearson
dengan bantuan program statistik SPSS 17.0 for
Windows. Hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara variabel
aktivitas sehari-hari dan variabel successful
aging sebesar 0,378 dan ρ sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
korelasi linier yang signifikan antara variabel aktivitas sehari-hari dan
variabel successful aging pada
lansia.
Kata
Kunci: Aktivitas sehari-hari, Successful
Aging, Lansia (Lanjut Usia)
PENDAHULUAN
Pertumbuhan lanjut usia (lansia) pada abad ini sangat cepat, proses
penuaan penduduk menjadi suatu gejala yang mendunia dan pesat. Suatu
konsekuensi yang tidak dapat dihindari akibat dari proses transisi demografi
yaitu perubahan tingkat kelahiran, dari tingkat kelahiran tinggi menjadi angka
kematian rendah (Suryani, 2007). Saat ini Indonesia memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging structured
population) hal ini disebabkan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas sekitar 53.800 jiwa atau sekitar 8% dari jumlah penduduk di kota Malang.
(BKKBN, 2012)
Masa lanjut usia (lansia) adalah dimana lansia mengalami suatu
kehilangan yang bersifat, misalnya berkurangnya fungsi pendengaran,
penglihatan, kekuatan fisik dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, pensiun,
dan penyesuaian diri dengan peran sosial yang baru. Pada masa perkembangan
manusia memiliki tahapan atau tugas perkembangannya tersendiri dan sesuai
dengan fase pertumbuhannya, demikian halnya dengan lansia, ketika seseorang
memasuki fase lansia, seseorang tersebut memiliki tugas perkembangan yang
berbeda dengan sebelumnya (Papalia & Olds, 2001).
Rata-rata menjelang usia 60 tahun, lansia mulai memikirkan
alternatif-alternatif kegiatan baru yang akan dilakukan setelah lansia tidak
lagi bekerja. Hal ini dikarenakan pada usia 60 tahunan seseorang tidak lagi
dibebankan oleh pekerjaan pokoknya dengan kata lain lansia memasuki masa
pensiun. Tak jarang lansia yang memasuki masa pensiun lebih banyak menyibukkan
diri dengan aktivitas barunya, misalnya dengan berkebun, menjaga cucu bahkan
mendatangi suatu perkumpulan sosial lansia. Aktivitas adalah suatu usaha energi
atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup, aktivitas juga merupakan salah satu tanda kesehatan karena
seseorang melakukan kegiatan seperti berjalan dan bekerja (Kusmana, 2006).
Aktivitas merupakan salah
satu penilaian dalam kehidupan sehari-hari orangtua dalam melakukan tindakan
yang perlu dilakukan secara benar. Aktivitas sehari-hari merupakan semua
kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap harinya. Aktivitas ini
dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. (Martika, 2012). Aktivitas
sehari hari (Marthuranath, 2004) adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari dan
sifatnya berulang.
Menurut Stanley (2007)
mengemukakan bahwa lansia mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif dan
tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun macam-macam
aktivitas sehari-hari adalah aktivitas fisik, aktivitas fisik merupakan
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga dimana sangat
penting bagi kesehatan mental. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan
dengan aktivitas fisik seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly
People adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan rumah,
mencuci pakaian, dan lain-lain. Aktivitas fisik merupakan bagian dari aktivitas
produktif hal ini dikarenakan aktivitas fisik pada lansia mengarah pada
aktivitas lansia yang dilakukan menghasilkan keuntungan-keuntungannya
tersendiri atau bernilai positif bagi daya tahan tubuh seorang lansia.
Kemudian aktivitas mental, Banyak
aktivitas yang dilakukan oleh lansia akan menolong pikiran lansia tetap aktif,
mengembangkan hobi, dan menikmati aktivitas di waktu luang yang menyenangkan.
Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas mental pada lansia
seperti dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities
of Daily Living Scale for Elderly People adalah mengelola keuangan secara
baik, aktivitas keagamaan bersama sesama lansia, meluangkan waktu untuk
melakukan satu hal yang digemari. Pada aktivitas mental cenderung mengarah
kepada aktivitas pribadi, hal ini dikarenakan sifatnya yang memiliki
keleluasaan pribadi.
Beberapa macam aktivitas sehari-hari
yang terakhir adalah aktivitas sosial, aktivitas sosial pada lansia
diperkirakan memberikan kontribusi paling besar terhadap masa tua yang sukses.
Lansia mempertahankan aktivitas pada usia dewasa pertengahan selama mungkin
kemudian menemukan pengganti aktivitas yang sudah tidak dapat dilakukan lagi.
Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial seperti
dikemukan Mathuranath (2004) dalam Activities
of Daily Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat,
menjalankan hobi atau aktif dalam aktivitas kelompok. Aktivitas sosial adalah
kemampuan lansia untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam
hidupnya.
Successful
aging atau optimal aging
adalah istilah untuk usia lanjut berhasil. Banyak kriteria yang diusulkan untuk
seorang lanjut usia (lansia) dapat dikatakan sebagai usia lanjut berhasil, hal
ini dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti misalnya: fungsi jantung,
kemampuan kognitif, kesehatan mental dan adapula yang menyebutkan kriteria
tersebut dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki arti penting bagi
kondisi kesehatan lansia (Suardiman, 2011).
Konsep successful aging sebagai perspektif yang berorientasi pada prosesnya
merupakan mekanisme dengan modal selektif, optimalisasi, dan kompensasi. Dimana
dimaksudkan selektif adalah membatasi aktivitas sehari-hari secara proaktif
sesuai dengan motivasi dan kemampuan yang dimiliki. Model kedua kompensasi,
model ini tidak hanya mengandung adaptasi terhadap aktivitas yang selama ini
dilakukan tetapi juga menciptakan aktivitas baru sesuai dengan kondisi lansia.
Agar hasilnya dapat maksimal di samping dua hal tersebut, perlu diimbangi
dengan optimalisasi, sebab dengan adanya optimalisasi secara tidak langsung
memberikan kesempatan pada lansia untuk melakukan praktek dan latihan dengan
menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif (Suryani, 2007).
Successful
Aging menurut Jones dan Rose dapat dilihat dari beberapa komponen yaitu
“autonomy (independence), financial and
social status, sense of meaningful purpose in life, and self actualization”
atau otonomi (kemandirian), keuangan dan status sosial, kebermaknaan hidup dan
aktualisasi diri (Suardiman, 2011).
Lansia adalah periode dimana
organisme telah mencapai masa keemasan atau kejayaannya dalam ukuran, fungsi,
dan juga beberapa telah menunjukkan kemundurannya sejalan dengan berjalannya
waktu (Suardiman, 2011). Dimana semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan
menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa
dan berkembang biak selanjutnya menjadi tua dan akhirnya akan meninggal. Awal
dari penuaan yang merupakan hasil pertukaran berurutan pada gen tertentu,
periode yang ditandai dengan penurunan nyata pada fungsi tubuh yang terkadang
diasosiasikan dengan usia dan amat bervariasi (Papalia & Olds, 2008).
Pengertian lanjut usia
(lansia) menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut
Usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.
Secara garis besar Birren dan Shroots membedakan tiga proses sentral di dalam
tahapan lansia, pertama, proses biologis yang berkaitan dengan perubahan yang
terjadi dalam tubuh seseorang yang menua. Kedua, penuaan proses dalam masyarakat
(social eldering) dan yang ketiga,
penuaan psikologis subjektif (geronting)
yang berkaitan dengan pengalaman batinnya (Widiasari & Nuryoto, 2010).
Santrock (2002) menyatakan
bahwa masa dewasa akhir dimulai pada usia 60-an dan diperluas sampai sekitar usia
120 tahun. Akan tetapi, klasifikasi yang lebih berguna adalah usia fungsional,
yaitu seberapa baik seseorang berfungsi dalam lingkungan fisik dan sosial
dibandingkan orang lain yang seusianya. Seseorang yang berusia 90 tahun yang
tetap merasa dalam kesehatan yang prima bisa jadi berfungsi lebih muda
dibandingkan orang berusia 65 tahun yang tidak sehat (Papalia, dkk, 2008).
Menurut Prof. Dr. Koesoemato
Setyonegoro, masa lanjut usia (geriatric
age) diatas 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan usia, yaitu young
old (70-75 tahun), old (75-80
tahun), dan very old (> 80 tahun)
(Fitriyanti, 2009).
Secara psikologis yang
didasarkan pada tahap perkembangan Erikson (Santrock, 2002), masa lanjut usia
ini berada pada fase integritas versus keputusasaan. Pada fase ini, merupakan
fase dimana individu melihat kembali apa yang telah dilakukan dalam
kehidupannya. Melalui beberapa jalan
yang berbeda, orang dewasa lanjut telah mengembangkan harapan yang positif di
setiap periode sebelumnya. Pandangan tentang masa lalu (retrospective glances) dan kenangan akan menampakkan suatu gambaran
dari kehidupan yang dilewatkan dengan baik, dan seorang dewasa lanjut akan
merasa puas (integrity), namun jika
seorang dewasa lanjut melalui satu atau lebih tahapan-tahapan yang awal dengan
suatu cara yang negatif (terisolasi di dalam masa dewasa awal atau terhambat di
masa dewasa tengah, misalnya), pandangan tentang masa lalu akan menampilkan keragu-raguan,
kemurungan, dan keputusasaan terhadap keseluruhan nilai dari kehidupan
seseorang (Santrock, 2002).
Marthuranath (2004) pada penelitiannya terhadap aktivitas lansia dalam
Activities of Daily Living Scale for
Elderly People (IADL-E) atau aktivitas sehari-hari pada lansia mengemukakan
bahwa aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dilihat dari akses untuk
melakukan aktivitas sehari-hari tersebut daripada melihat kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-harinya. Misalnya yang berhubungan dengan aktivitas
fisik, aktivitas mental, dan aktivitas sosial pada lanjut usia.
Penelitian selanjutnya dikemukan oleh Vereena Menec (2003) yang menjelaskan
bahwa successful aging atau
keberhasilan usia lanjut dapat dilihat melalui aktivitas kesehariannya dan akan
terus menunjukkan peningkatan apabila lansia melakukan peningkatan mutu dalam
aktivitas keseharian yang dilakukan oleh para lansia.
Berbeda dengan beberapa
penelitian terdahulu, penelitian ini fokus pada hubungan aktivitas sehari-hari
dan successful aging pada lansia
tersebut sebagaimana untuk mengetahui hubungan aktivitas sehari-hari dengan
struktur budaya dan kebiasaan lansia Indonesia terkait dengan successful aging. Ciri khas yang diambil
oleh peneliti diantaranya adalah penelitian dilakukan pada lansia yang terdapat
di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia dengan rentang usia 60-70 tahun dan
memiliki fungsi fisik yang baik.
METODE
Penelitian ini menggunakan
100 lansia (lanjut usia) di salah satu instansi yang menaungi para lansia dalam
mengambil jatah pensiun yaitu BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional) yang
berada di Kota Malang.
Pengambilan data dilakukan
atas seijin pihak yang memiliki kewenagan di BTPN Kota Malang dan observasi
dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan subjek yang sesuai dengan kriteria
dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan dua skala
penelitian kepada lansia, berhubung subjek penelitian merupakan lanjut usia
(lansia) maka dalam pengisian skala penelitian dilakukan dengan cara membacakan
satu per satu aitem yang terdapat dalam skala. Selanjutnya setelah pengisian
aitem berakhir, peneliti memberikan hadiah berupa makanan kepada subjek
penelitian tersebut.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Pengukuran penelitian
dengan memberikan dua skala yaitu skala aktivitas sehari-hari (AS) dan skala successful aging (SA). Skala AS
merupakan skala yang mengukur aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dan
skala SA merupakan skala yang digunakan untuk mengukur keberhasilan usia lanjut
atau successful aging pada lansia.
Kedua skala yang digunakan ini merupakan hasil dari pembuatan peneliti yang
telah melewati masa uji coba penelitian. Uji coba tersebut diberikan perlakuan
data yang sama seperti pada penelitian yang sebenarnya.
HASIL
Teknik analisa dalam
penelitian ini menggunakan teknik korelasional dengan pemenuhan uji asumsi
klasik. Sebelum dilakukan uji asumsi dan uji hipotesis, perlu menganalisis
deskriptif yang terdapat dalam tabel 1:
Tabel 1. Kategorisasi Skala
Aktivitas Sehari-hari dan Skala Successful
Aging Pada Lansia
Kategori
|
Daerah Keputusan
(Aktivitas Sehari-hari)
|
Jumlah Prosentase
(Aktivitas Sehari-hari)
|
Daerah Keputusan
(Successful
Aging)
|
Jumlah Prosentase
(Successful
Aging)
|
Tinggi
Sedang
Rendah
|
|
90%
10%
0%
|
|
97%
2%
1%
|
Berdasarkan tabel diatas
diketahui bahwa jumlah aktivitas sehari-hari pada lansia tergolong tinggi
karena besar prosentase aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dengan
prosentase sebesar 90% dari total jumlah sampel subjek dalam penelitian.
Penyajian pada tabel 1 juga menjelaskan bahwa successful aging pada lanjut usia tergolong tinggi meskipun ada
beberapa lansia dalam kategori sedang dan rendah.
Berikutnya pencapaian
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan pemenuhan terlebih dahulu uji asumsi
klasik (uji normalitas dan uji liniaritas) yang dijelaskan pada tabel dibawah
ini:
Tabel 2.
Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas) Skala Aktivitas Sehari-Hari (X) dan Skala Sucessful Aging Pada Lansia (Y)
Variabel
|
Nilai
Kolmogrov-Smirnov
|
Nilai
Signifikan
|
Aktivitas Sehari-Hari (X)
|
1,059
|
0,212
|
Successful Aging (Y)
|
1,034
|
0,234
|
Tabel diatas menunjukkan
bahwa variabel aktivitas sehari-hari (X) memiliki nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 1,059 dengan nilai signifikan sebesar
0,212. Nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti distribusi
data variabel aktivitas sehari-hari telah menyebar secara normal. Demikian
halnya variabel successful aging (Y)
memiliki nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar
1,034 dengan nilai signifikan 0,234. Nilai signifikan variabel successful aging juga menunjukkan hasil
yang lebih besar dari 0,05 yang berarti distribusi data variabel successful aging tersebar secara normal. Uji Linearitas dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.
Uji Asumsi Klasik (Uji Linearitas) Skala Aktivitas Sehari-Hari (X) dan Skala Sucessful Aging Pada Lansia (Y)
Variabel
|
Nilai
F
|
Nilai
Signifikan
|
Aktivitas Sehari-hari*Successful Aging
|
19,027
|
0,000
|
Berdasarkan tabel 3,
diketahui bahwa uji linearitas skala aktivitas sehari-hari (X) dengan skala successful aging (Y) menghasilkan nilai
F sebesar 19,027 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil
nilainya dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel aktivitas
sehari-hari memiliki hubungan yang linier dengan variabel successful aging.
Hipotesis dalam penelitian
ini adalah terdapat hubungan antara aktivitas sehari-hari dan successful aging pada lansia, akan diuji
menggunakan teknik uji korelasi atau hubungan. Hasil korelasi dari kedua
variabel dapat dilihat pada tabel 4, sebagai berikut:
Tabel 4.
Hasil Uji Korelasi Product Moment-Pearson
Variabel
|
Korelasi
(r)
|
Nilai
Signifikan (α)
|
Aktivitas Sehari-hari*Successful Aging
|
0,378
|
0,000
|
Berdasarkan hasil uji
korelasi diperoleh besarnya korelasi antara variabel aktivitas sehari-hari dan
variabel successful aging adalah
0,378 dengan signifikan 0,000. Dapat dilihat bahwa nilai korelasi Product Moment-Pearson yang dihasilkan
bernilai positif. Hal ini menunjukkan suatu hubungan lurus antara variabel
aktivitas sehari-hari dengan variabel successful
aging. Yang artinya semakin tinggi aktivitas sehari-harinya, maka semakin
tinggi pula successful aging pada
lansia. Begitu pula sebaliknya semakin rendah aktivitas sehari-hari pada lansia
maka successful agingnya juga semakin
rendah.
DISKUSI
Berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
linier positif yang signifikan antara variabel aktivitas sehari-hari dan
variabel successful aging pada lansia
di BTPN Kota Malang. Hal tersebut ditunjukkan oleh angka statistik koefisien
korelasi sebesar 0,378 dengan taraf signifikan 0,000.Skor korelasi yang
bersifat positif dengan nilai signifikan dibawah 0,005 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan linier positif secara signifikan diantara kedua variabel
penelitian.
Dari skor tersebut
diketahui bahwa semakin tinggi aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh
seorang lansia maka successful aging
pada lansia akan semakin tinggi, sebaliknya ketika aktivitas sehari-hari yang
dilakukan lansia rendah (jarang) maka successful
agingnya menurun atau rendah. Hasil analisa secara statistik menunjukkan
bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara aktivitas sehari-hari dan successful
aging pada lansia di Kota Malang dapat diterima.
Individu yang telah
memasuki fase lanjut usia akan dengan sendirinya mengalami perubahan dalam
hidupnya, misalnya lansia yang memiliki peranan baru dalam keluarga seperti
menjadi kakek atau nenek, kemudian dalam lingkungan sosial menjadi seorang imam
masjid atau penasehat warga dilingkungan setempat, dan perubahan lainnya
seperti pensiun dari pekerjaan, dan lain-lain.Menurut Potter (Fitriyanti, 2009)
Aktivitas adalah suatu usaha energi atau keadaan bergerak dimana manusia atau
seseorang melakukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Aktivitas juga
sering didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan bergerak dan
semua manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak.
Perubahan peran sosial
dan status fungsional individu juga memperlihatkan bahwa lansia akan merasakan
kepuasannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting
daripada kuantitas dari aktivitas yang dilakukan. Misalnya, mengunjungi saudara
atau teman, melakukan aktivitas keagamaan, mengikuti aktivitas kelompok lansia,
melakukan kegiatan membaca atau menulis, musik, seni, menjalankan hobi,
berkebun, menanam tanaman, mengikuti kegiatan warga atau sosial, membersihkan
halaman rumah, kerja bakti warga, dan lain-lain. Contoh-contoh aktivitas
sehari-hari diatas mampu memberikan kesempatan pada lansia untuk terus terlibat
aktif dalam berbagai kegiatan, terus bekerja memberikan kontribusi bagi
kepuasan dan kebahagiaan hidup secara berarti bagi usia lanjut (Suardiman,
2011).
Successful
aging adalah istilah untuk usia lanjut berhasil. Banyak kriteria yang
diusulkan untuk seorang lanjut usia (lansia) dapat dikatakan sebagai usia
lanjut berhasil, hal ini dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti misalnya:
fungsi jantung, kemampuan kognitif, kesehatan mental dan adapula yang menyebutkan
kriteria tersebut dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki arti
penting bagi kondisi kesehatan lansia (Suardiman, 2011). Keberhasilan hidup
pada lanjut usia sangatlah penting bagi fase atau tahapan hidup manusia. Hal
ini dikarenakan ketika lansia mampu melewati tantangan dalam fase kehidupannya
hingga ia lanjut usia maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki
kesejahteraan, kepuasan dan keberhasilan dalam hidupnya.
Successful
aging pada lanjut usia yang terpenuhi dapat dilihat dari faktor-faktor
berikut: a) otonomi (kemandirian), b) keuangan dan status sosial, c)
kebermaknaan hidup, dan d) aktualisasi diri. Dari keempat faktor tersebut
diartikan bahwa hanya lansia yang tetap aktif pada masa tuanya sajalah yang
akan merasakan keberhasilan usia lanjut. Jadi kriteria lansia yang mencapai successful aging dapat diketahui antara
lain memiliki tingkat kepuasan hidup yang tinggi, memiliki integritas pribadi
yang tinggi, mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang masih berarti,
memiliki kondisi fisik dan mental yang sehat, memiliki keamanan finansial,
serta mampu mengendalikan kehidupannya sendiri sehingga dapat menentukan
nasibnya sendiri dan tidak banyak bergantung pada orang lain.(Widiasari &
Nuryoto. 2010).
Lansia yang menjadi subjek penelitian
ini rata-rata memiliki latar belakang yang berbeda-beda setiap individu, mulai
dari aktivitas sehari-hari yang dilakukan didalam rumah hingga aktivitas yang
dilakukan diluar rumah atau yang terdapat dilingkungan sosial atau
masyarakat.Sebagaimana penelitian yang dlakukan oleh Marthuranath (2004)
mengenai instrumen skala aktivitas sehari-hari pada lansia demensia, dimana
intsurmen ini tidak hanya ditujukan pada lansia penderita demensia saja
melainkan masyarakat lanjut usia. Dimana dikatakan bahwa aktivitas sehari-hari
pada lansia adalah sama tanpa memandang jenis kelamin ataupun jenis kegiatannya
namun yang membedakan adalah akses untuk melakukan aktivitas sehari-hari
tesebut diantara setiap individu lansia daripada kemampuan lansia untuk
melakukan aktivitas keseharian tersebut. Oleh karena itu aktivitas sehari-hari
pada lansia dinilai memiliki kesamaan kegiatan seperti menelepon teman,
berkunjung kerumah tetangga, dan lain-lain.
Penelitian selanjutnya
dikemukan Menec (2003) yang menjelaskan bahwa kebahagian lansia dilihat melalui
aktivitas kesehariannya tersebut dan akan terus menunjukkan peningkatannya
ketika lansia melakukan peningkatan mutu dalam aktivitas yang dilakukan lansia
dalam keseharian. Dari beberapa penelitian diatas dapat diketahui bahwa
penelitian yang dilakukan peneliti memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian
diatas dalam hal ragam aktivitas sehari-hari yang dikemukan peneliti dari
aktivitas sosial, aktivitas pribadi dan aktivitas produktif memiliki penilaian
tersendiri pada setiap lansia yang menjadi subjek dari penelitian.Beberapa hal
yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian diatas adalah keadaan
sosial masyarakat yang berbeda, tingkat pendidikan masyarakat yang berbeda dan
kemampuan kognitif yang berbeda.Dimana dilihat bahwa masyarakat lansia yang
menjadi subjek penelitian cenderung lebih aktif dalam dalam aktivitas yang
mengutamakan kebersamaan dengan oranglain.Hasil yang terlihat pada setiap
subjek juga berbeda-beda untuk aktivitas sehari-hari dan tingkat successful aging dari masing-masing
lansia yang menjadi subjek penelitian.
Dari faktor-faktor yang
dilihat pada setiap variabel yaitu variabel aktivitas sehari-hari dan successful aging menunjukkan bahwa
keduanya memiliki keterkaitan hubungan. Keterkaitan hubungan antara aktivitas
sehari-hari dengansuccessful aging
ditunjukkan oleh hasil penghitungan yang menunjukkan bahwa prosentase hubungan
variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful
aging adalah sebesar 14,2% sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,8% berhubungan
dengan faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti
usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, status sosial ekonomi, latar
belakang keluarga atau lingkungan, budaya, kondisi psikologis dan lain-lain.
Berdasarkan hasil uji
korelasi antara kedua variabel dengan merujuk pada tabel 15 mengenai interval
korelasi (Riduwan, 2009), maka diketahui bahwa hasil korelasi menghasilkan
tingkat hubungan yang rendah dengan tingkat koefisiensi 0,378.Hal ini berarti
variabel aktivitas sehari-hari memiliki hubungan linier dengan variabel successful aging dengan taraf yang
rendah, dimana variabel successful aging
tidak hanya memiliki hubungan dengan variabel aktivitas sehari-hari saja,
melainkan dengan variabel-variabel lainnya yang tidak diukur pada penelitian
ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai koefisien determinasi variabel
aktivitas sehari-hari kepada variabel successful aging yang mencapai 14,2%
artinya tidak sedikit banyak faktor pembentuk variabel successful aging berhubungan dengan variabel aktivitas sehari-hari.
Faktor lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian, seperti: a) hubungan
sosial, b) fisik dan emosional, c) kesehatan, d) dukungan sosial, e)
keterlibatan dalam berbagai aktivitas, dan f) self image pada lansia (Suadirman, 2011).
Suadirman (2011) menjelaskan
bahwa kegiatan adalah esensi hidup sepanjang hidup dan sepanjang umur. Dimana seseorang
yang tetap aktif, baik secara fisik, mampu membina hubungan sosial dengan
lingkungan secara baik, individu mampu menjaga kesehatan fisiknya dihari tua,
mendapatkan dukungan untuk dirinya baik dari keluarga maupun dari lingkungan,
serta dapat memposisikan dirinya dengan baik dalam menghadapi fase lanjut
usianya dan terlibat aktif dalam berbagai macam aktivitas sehingga memberikan
kontribusi dan kepuasaan bagi dirinya, akan membawa individu tersebut menuju
usia lanjut berhasil (successful aging).
Selain itu terdapat nilai
korelasi yang signifikan antara variabel aktivitas sehari-hari dan variabel successful aging, sehingga apabila penelitian ini dilakukan ulang
terhadap subjek yang memiliki kriteria serupa pada waktu dan tempat yang
berbeda maka akan didapatkan tingkat korelasi yang serupa atau sama, dengan
kata lain penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi. Sebagaimana tingkat
korelasi yang rendah pada hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan
antara aktivitas sehari-hari dan successful
aging pada lansia, sehingga ketika subjek memiliki aktivitas sehari-hari
yang tinggi, maka akan diikuti dengan meningkatnya successful aging atau keberhasilan dimasa tuanya. Begitu juga
sebaliknya, apabila aktivitas sehari-harinya rendah maka akan diikuti dengan
menurunnya tingkat successful agingnya.
Berdasarkan uji statistik
atau uji hipotesis dan penjabaran diatas, maka dapat diketahui bahwa aktivitas
sehari-hari memiliki hubungan dengan tingkat successful aging atau tingkat keberhasilan masa tua lansia,
sehingga dapat diketahui bahwa pentingnya melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari disela-sela rutinitas menghadapi fase akhir dari kehidupan membuat
lansia mampu terus berpikir positif menghadapi ketuaannya dan melakukan
rutinitas positif akan membawa lansia pada successful
aging yang diinginkan (Suryani, 2007).
Diharapkan setelah mengetahui
hasil dari penelitian ini, akan memudahkan subjek untuk mengetahui pentingnya
melakukan aktivitas sehari-hari yang bermanfaat bagi kesehariannya dan tetap semangat
serta memiliki kesehatan mental yang baik dalam menjalani fase kehidupan usia
lanjutnya.
KESIMPULAN
Analisa hasil
perhitungan korelasi Product Moment
Pearson menunjukkan adanya korelasi positif antara variabel X1 (Aktivitas Sehari-hari) dengan variabel X2
(Successful aging) dan hipotesis
peneliti diterima, artinya penelitian ini memiliki hubungan antara kedua
variabel yaitu variabel aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia dengan successful aging pada lansia di BTPN
Kota Malang yang dimana semakin tinggi aktivitas sehari-hari yang dilakukan
lansia maka successful agingnya akan
semakin tinggi pula, demikian sebaliknya semakin rendah aktivitas sehari-hari
pada lansia maka semakin rendah pula successful
agingnya. Sumbangan efektif sebesar 0,378 menunjukkan bahwa aktivitas
sehari-hari pada lansia memberikan sumbangsih sebesar 14,2% dalam
mengkategorikan successful aging pada lansia yang masuk kriteria penelitian
sebagai sampel, sedangkan sisanya sebesar 85,8% berhubungan dengan
faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang
mempengaruhi successful aging pada lansia seperti perbedaan karakter personal,
kebiasaan hidup, dan kondisi kesehatan yang berbeda-beda pada setiap lansia.
SARAN
Saran peneliti terhadap
lansia, diharapkan
setelah mengetahui hasil penelitian ini, lansia atau lanjut usia dapat lebih
meningkatkan aktivitas sehari-hari dimasa tuanya agar terhindar dari rasa
kesepian menghadapi masa tua, dengan banyaknya aktivitas sehari-hari yang
dilakukan misalnya dengan mengerakkan badan sembari membersihkan rumah atau
mendengarkan musik dipagi hari mampu meningkatkan successful aging atau keberhasilan usia lanjutnya. Sehingga
nantinya akan tercipta masa tua yang bahagia dan sejahtera.
Saran peneliti terhadap peneliti selanjutnya,
diharapkan dapat memilih subjek dengan latar belakang yang lebih spesifik dan
khas lagi, contohnya berdasarkan gaya hidup, jenis kelamin, atau latar belakang
pendidikan, hubungan sosial, fisik dan emosional, kesehatan, sehingga dapat
memberikan variasi hasil penelitian yang serupa. Peneliti selanjutnya juga
dapat menambahkan jumlah sampel penelitian sehingga akan lebih representative
dan memperkaya hasil penelitian. Selain itu juga disarankan mengontrol faktor-faktor
lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi aktivitas dan successful aging pada lansia.
DAFTAR
PUSTAKA
Achirawati.
2010. Perbedaan Persepsi Lansia Terhadap Peran Panti Werdha dalam Memberikan
Pelayanan pada Penghuni Panti Berdasarkan Latar Belakang Ekonomi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang
Adrianisah,
Maulia Nur. 2012. Pencapaian Successful
Aging pada Lanjut Usia, Khususnya pada Lanjut Usia yang Anak dan
Keluarganya Tinggal Bersama. Skripsi.
Purwokerto: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/12/jhptump-a-maulianura-570-3-babiii.pdf)
diunduh pada tanggal 20 februari 2013 pukul 18.00 WIB
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
. 2010. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saifudin. 2010. Metode Penelitian (edisi ke 4). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
.
2012. Sikap Manusia: Teori dan
Pengukurannya (Edisi ke 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Allen, M. J & Yen, W. M. 1979. Introduction to Measurement Theory. Monterey: Brooks/ Cole
Berk, Laura E. D. 2007. Development
Through the Life Span. Fourth Edition. Boston: Pearson Allyn & Bacon
BKKBN.Co.Id.
2012. Tahun 2012 sebanyak 2,7 Lansia Terlantar Memperoleh JLSU. (http://www.bkkbn.co.id)
diunduh pada tanggal 1 Februari 2013 pukul 14.00 WIB
Dep. Kes. RI. 2006. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi
Petugas Kesehatan. Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Fitriyanti. 2009. Hubungan antara Motivasi dengan Kemampuan
Aktivitas Sehari-hari pada Lanjut Usia di Desa Sriwulan Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-fitriyanti-5166-1.pdf) diunduh pada tanggal 20 Februari 2013 pukul 18.30 WIB
Hikmawati
dan Purnama, 2008. Kondisi Kepuasan Hidup Lanjut Usia. Jurnal PKS Vol. VII, No. 26, 79-93. Bali: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php) diunduh pada tanggal 20 Februari 2013 pukul 19.00 WIB
Hariwijaya, M dan Triton P. B. 2011. Pedoman Penulisan Ilmiah
Skripsi dan Tesis. Jakarta: Oriza
Kerlinger, F, N. 2004. Asas –
Asas Penelitian Behavioral. Edisi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Kusmana,
D. 2006. Olahraga untuk Orang Sehat dan
Penderita Penyakit Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Martika,
Ayu. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Aktivitas Dasar Lansia di
Puskesmas Kedungkati Kabupaten Grobogan. Skripsi
tidak diterbitkan. Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
Marthuranath,
P. S. 2004. Instrumental Activities of Daily Living Scale for Dementia
Screening in Elderly People. Journal
International Psyhogeriatrics. India: Department of Neurology, SCTIMST,
Trivandrum 695011 India
Menec,
Verena H. 2003. The Relation Between Everyday Activities and Successful Aging:
A 6-Year Longitudinal Study. Journal of
Gerontology, Vol 58B, S74-S82. Canada: Department of Community Health
Sciences University of Manitoba(http://psychsocgerontology.oxfordjournals.org/content/58/2/S74.abstract) diunduh pada tanggal 22 Februari 2013 pukul 13.00 WIB
Miller. 1995. Marriage and
Family Development. Sixth Edition. New York: Harper & Row Publ
Papalia,
Diane E, Sally Wendkos Olds, Ruth Duskin Feldman and Dana Gross. 2001. Human Development (Eight edition).
Boston: Mc Graw Hill
, Diane E, Sally Wendkos Old, Ruth
Duskin Feldman . 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) (Nine edition). Jakarta: Kencana
Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung:
Alfabeta
Santrock, 2002. Life-Span
Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga
Stanley, M, Blair. 2007. Gerontological
nursing: Promoting Successful Aging with Older Adults. Philadelphia: FA.
Davis Company
Suardiman,
Siti Partini. 2011. Psikologi Lanjut Usia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suryani,
Gibthi Ihda. 2007. Partisipasi Lansia dalam Kelembagaan Politik Desa. Skripsi. Bogor:
Fakultas Agrikultur Institut Pertanian Bogor (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44638/A07gis.pdf) diunduh pada tanggal 20 Februari 2013 pukul 14.00 WIB
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
. 2011. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Soejono.
2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan
Pasien Geriatri untuk Dokter dan Perawat. Jakarta: Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Umar, H. 1999. Metodologi
Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Widiasari,
Yuki. 2009. Dinamika Psikologis Pencapaian Successful
Aging pada Lansia yang Mengikuti Program Yandu Lansia. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
terimakasih publikasi penelitiannya kakak.
BalasHapusmenambah wawasan saya dalam memahami successful aging..
perkenalkan saya novira, mhsswi psikologi usu.
sekarang saya juga sedang menulis skripsi tentang successful aging pada lansia di panti jompo.
saya mau minta tolong nih kak, boleh gak saya lihat skala yang kakak gunakan dalam penelitian ini dan kalau boleh ingin saya kembangkan dan digunakan utk sample saya..
terima kasih kak, sempatkan balas komentar saya ya :)
posting mbak yeni sngt mmbantu.. :)
BalasHapusmbak., kenalin sya geizy.. sya mau minta bantuan mbak yeni dong.. sya mhswa smstr 6 d slah satu univ d riau. sya tertarik pgen neliti ttg successful aging ni... bisa sya sharing-sharing gag sm mbk.. ? mohon bantuannya mbak yeni... :)